Enrekang, indotime.com – Dosen dari Universitas Muhammadiyah Enrekang (Unimen) terus berinovasi dengan melibatkan masyarakat dalam pelatihan pengolahan limbah pertanian menjadi pupuk organik cair. Pelatihan ini diadakan di Dusun Sipate, Desa Pekalobean, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, dan mendapat antusiasme tinggi dari warga setempat.
Tim pelatihan, yang dipimpin oleh Ekajayanti Kinin bersama dua rekannya, Rista Astrai Rusdi dan Achyar Ardat, merupakan bagian dari program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai oleh Kemendikbudristek DRPTM pada tahun 2024. Dalam kegiatan ini, tim bekerja sama dengan kelompok tani Eran Batu.
“Pelatihan ini kami berikan agar masyarakat bisa mengolah limbah pertanian menjadi pupuk organik cair (POC) berbasis mikroorganisme fotosintetik (PSB),” jelas Ekajayanti Kinin setelah kegiatan pelatihan pada Selasa (24/9) sore.
Menurut Eka, tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya penggunaan pestisida berlebihan, yang dapat merusak struktur tanah, menurunkan kualitas hasil panen, dan membahayakan lingkungan.
“Melalui pelatihan ini, kami mengajak masyarakat untuk beralih secara bertahap dari pupuk kimia ke pupuk organik yang lebih ramah lingkungan dan dapat memperbaiki kondisi tanah dalam jangka panjang,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa limbah pertanian di Desa Pekalobean belum dimanfaatkan secara optimal, padahal limbah tersebut mengandung unsur hara yang berharga sebagai nutrisi bagi tanaman.
“Kami memberikan panduan praktis tentang cara mengolah limbah pertanian menjadi POC yang kaya unsur hara, yang nantinya bisa meningkatkan kesuburan tanah,” lanjut Eka.
Proses pembuatan pupuk organik ini menggunakan PSB, mikroorganisme yang mempercepat dekomposisi bahan organik dan memperbaiki struktur tanah. Eka berharap bahwa Desa Pekalobean dapat menjadi pelopor dalam pertanian berkelanjutan melalui pemanfaatan limbah pertanian.
“Langkah kecil ini semoga menginspirasi desa lain untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida, serta menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat,” tutup Eka.
Sementara itu, Hasbi, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Anggeraja, berharap pelatihan ini bisa terus berlanjut dan berdampak nyata.
“Harapannya, masyarakat bisa mempraktikkannya secara mandiri, serta dibuatkan kebun percontohan agar mereka dapat melihat langsung manfaat dari penggunaan POC berbasis PSB ini,” ujarnya.
Tinggalkan Balasan