Sidrap, indotime.com — Nia Rose tertegun. Malam itu di Sidrap, angin berembus lembut, tapi hati Nia bergemuruh. Di hadapannya, ratusan pasang mata menyaksikan. Ada yang tak biasa. Suaminya, Agung, melangkah ke tengah panggung, sorot lampu membingkai wajahnya yang tampak serius namun penuh kasih.

“Nia, sayang…” suara Agung merambat pelan namun jelas. Nia? Masih bingung, tapi senyumnya tak bisa disembunyikan.

Malam yang awalnya biasa, mendadak jadi penuh kejutan. “Umi, Bapak, keluarga besar, para pejabat yang saya hormati… Alhamdulillah, kita ada di sini bersama. Saya ingin mengatakan sesuatu,” Agung membuka kalimat, menahan napas, membuat semua orang terdiam menanti.

Nia menatap suaminya. Hatinya bertanya-tanya. Ada apa?

“Saat kita pertama bertemu, kamu pernah bilang, ingin punya tempat sendiri, usaha sendiri. Hari ini, janji itu kutepati. Bismillah, atas izin Allah, tanggal 2 Oktober 2024, satu perusahaan jadi milikmu. PT Dimatra—studio fotografi dan rumah produksi. Semua ini milikmu, istriku.”

Boom! Tepuk tangan menggema. Riuh rendah tamu undangan, artis-artis Indosiar yang hadir, seolah ikut larut dalam haru. Mata Nia berkaca-kaca. Tangan mungilnya terulur, menggenggam pena. Di selembar dokumen, ia tanda tangan. Sah! Kini, PT Dimatra resmi dalam genggamannya.

Romantis? Tentu! Ini bukan sekadar bunga atau cincin, tapi perusahaan besar. Studio tempat Nia bisa menuangkan mimpinya.

Nia Rose, yang dulu gadis biasa dari Bila, Sidrap, kini tak hanya dikenal sebagai penyanyi dangdut berbakat, tetapi juga seorang pengusaha. Kariernya yang melesat sejak jadi Duta Sulsel Liga Dangdut Indosiar 2020 membuatnya semakin dikenal luas. Ia membintangi berbagai sinetron, film, dan acara televisi.

Namun, Nia bukan sekadar wajah cantik di layar kaca. Dia pandai di belakang kamera. Sering, teman-temannya meminta Nia memotret. Tak hanya itu, ia juga mengelola podcast-nya sendiri, menjadi bukti bahwa kreativitas Nia tak terbatas.

“Ini lebih dari sekadar hadiah,” gumam Nia. “Ini jalan baru, masa depan yang akan kujalani bersama Agung.”

Studio itu bukan sekadar bangunan dengan kamera dan lampu. Di bawah tangan Nia, itu akan jadi tempat mencetak mimpi. Terangnya sorot lampu di panggung tadi mungkin hanya permulaan dari cahaya besar yang siap ia nyalakan di dunia kreatif.

Dapatkan berita terbaru di Indotime.com