Sidrap, indotime.com — Warga Desa Abbkongeng berkumpul. Kampung Bola Lele, dusun tenang di Kecamatan Kulo, tampak meriah. Ada tenda, kursi-kursi plastik, dan senyum hangat. H. Mashur, calon Bupati Sidrap, nomor urut 3, datang menyapa. Tanpa jarak, tanpa sekat. Sebuah sosialisasi, sekaligus ruang bertanya.
Mashur berdiri di hadapan warga. Sosok tenang dengan kata-kata yang ringkas. Ia tak perlu bicara tinggi. Ia mengerti suara rakyat.
Malam itu, ia membawa misi besar: HAMAS NA. Program unggulannya. Tiga huruf, banyak harapan.
Macca – Pendidikan untuk Masa Depan
Mashur berbicara tentang Macca. Pendidikan. Kampung ini punya banyak anak sekolah, katanya. Sekolah-sekolah akan diperbaiki, diperbarui. Beasiswa, mulai dari SD sampai perguruan tinggi. “Anak-anak kita harus maju,” katanya. “Tanpa terkendala biaya.”
Seorang ibu menatap dengan harap. Ia mengangguk, mendengarkan. Tersirat di matanya keinginan yang sama.
Mario – Sandang Pangan dari Bumi Sidrap
Mashur lanjut. Mario, katanya, bukan sekadar nama. Itu janji. Janji untuk harga gabah yang stabil. Janji bagi petani, agar hasil panen tak lagi terombang-ambing harga. Janji bahwa pupuk akan ada tepat waktu, tepat sasaran. Warga berbisik, mereka menyimak. “Petani akan dijaga,” katanya.
Para pemuda terlihat antusias. Dalam Mario, mereka melihat asa baru. Tidak lagi takut gagal panen, tidak lagi khawatir soal harga.
Madising – Kesehatan adalah Hak
Mashur melanjutkan, kali ini tentang kesehatan. Madising, katanya, bukan hanya tentang rumah sakit. Ini tentang layanan yang sampai ke desa-desa, hingga kampung-kampung. “Ambulans, dokter, pelayanan yang cepat,” katanya. Di dalam Madising ada tekad untuk membawa kesehatan lebih dekat ke rakyat.
Seorang bapak tersenyum lega. Dia tahu, keluarganya yang jauh dari kota tak perlu khawatir lagi. Kesehatan, kata Mashur, bukan untuk mereka yang mampu saja.
Madeceng – Jalan untuk Semua
Madeceng, katanya, membayangkan jalan-jalan desa yang rapi, jembatan yang kokoh, lampu jalan yang nyala. Semua demi akses yang mudah. Semua demi desa yang terang, yang hidup. Mashur berjanji mengubah kampung ini agar semua warga bisa merasakan kemajuan.
Anak-anak kecil mendengarkan sambil berlarian, tak sabar membayangkan jalan yang tak lagi berlubang, jembatan yang aman untuk sepeda mereka.
Mabbarakka – Tanda Hormat bagi Yang Mulia
Mashur menutup dengan Mabbarakka, program untuk agama. Imam, dai, penghafal Al-Qur’an, mereka adalah pilar. Mereka yang akan diurus, diberi penghargaan. Ambulans untuk masjid, katanya. Ini bukan sekadar kata-kata. Ini pesan. Pesan bahwa Sidrap butuh iman, butuh penjaga moral.
Sore itu, Mashur tidak datang hanya untuk berjanji. Ia datang untuk merangkul. Warga mendengarkan. Mereka berbincang, bertanya, dan berharap.
Di Kampung Bola Lele, sore itu, ia bukan hanya calon pemimpin. Ia menjadi kawan bicara. Sebuah suara bagi yang mendambakan perubahan.(*)
Tinggalkan Balasan